Run Away #part 1


Jika kepala saya ini rice cooker mungkin sudah meledak! Tugas-tugas organisasi, persiapan ujian,  kuliah, praktikum, pkm, proposal tugas akhir, proposal kewirausahaan, semuanya harus dilakukan dalam jangka waktu yang begitu sempit. Mereka menuntut saya melakukan yang terbaik, seakan saya punya banyak otak dan tangan untuk menyelesaikannya. Saya menyadari semua keterbatasan. Tapi juga memahami semua ini harus dijalani dengan kesungguhan dan profesionalitas. Jika sudah sampai pada titik yang begitu hectic, biasanya saya akan diam sejenak, tarik napas sedalam mungkin, mematikan handphone untuk beberapa menit ke depan, membebaskan belenggu-belenggu dalam pikiran dan ahh...beginikah cara Tuhan menghebatkan hamba-hambaNya? menempa kita, manusia-manusia lemah yang rentan galau (hmm) dengan sebuah mekanisme pemberian problem.
Sebenarnya problem itu sendiri (kalo menurut saya) adalah sarana supaya kita menyadari, hanya Tuhanlah tempat kita bergantung. Nggak heran kalo sholat kita lebih khusyuk saat ujian remed, dimana nasib kelulusan kita bener-bener diujung tanduk biar nggak ikut SP (beh..ini mah curcol). Selain itu, besarnya problem yang disemai Tuhan dalam hidup ini berbanding lurus dengan kemampuan meng-cover problem itu sendiri. Sehingga makin berat beban yang kita emban semakin hebat dan dewasalah kita dalam menjalani hidup. Lagipula Tuhan selalu menyiapkan masalah dan penyelesaiannya dalam satu paket. Dan Tuhan selalu memberi cobaan, ujian, yang sesuai dengan kesanggupan kita (Al-Baqarah 286), jadi seharusnya ga ada alasan buat give up. 
 Berikutnya, saya harus “melarikan diri”. Banyak cara dan pilihan gaya dalam melarikan diri dari ke-hingarbingar-an dunia yang fana ini, bisa disesuaikan dengan nomer sepatu anda (*nggak lah...). Yang pertama, cari kran air, kalo waktu kita sempit boleh deh sambil lari, namanya juga orang-sibuk. Kemudian ambil wudhu dan segera sholat sekhusyu’ mungkin. dilanjut berdzikir dan berdo’a. Karena hanya dengan mengingatNya hati ini menjadi tenteram (Ar-Rad:28). Percayalah kawan, Tuhan adalah tempat kabur yang paling baik.
 Selanjutnya adalah kita kabur dalam arti yang sebenernya, bisa cari pepohonan di sekitar kampus untuk merefresh mata yang mungkin kecapean ngadep laptop tiap hari. Bagi kawan yang kampusnya gersang, ngeliat pohon cabe juga boleh atau hanya dengan bayangkan betapa beningnya air laut dengan buih-buih tenang seolah hati ini menjadi tenteram hanya dengan memandanginya atau bahkan menyelaminya (padahal saya kan ga bisa renang hehe).
 Beruntung, kontrakan saya cukup istimewa. Tinggal lari ke lantai 3. Di situlah landscape pegunungan terhampar dengan rumah-rumah penduduk yang berhamburan. Paling indah dilihat saat malam hari, karena lampu-lampu rumah sepakat dengan kerlap-kerlip bintang (saat tidak mendung) nampak seperti topping ice cream yag berserakan. Sedangkan saat pagi buta, kabut tipis menutupi pemandangan ini, tetap indah. Udara pagi juga masih sangat bersih.. Memukau dan pastinya menentramkan.         
           

Komentar

  1. Aku juga pernah kabur kecil2an DJ rooftop kontrakan mba haha. Niatnya ambil jemuran tapi plus menerangkan diri. Sambil berenang sekalian minum es teler :D

    BalasHapus

Posting Komentar