Ayah mengharuskanku selalu menjadi yang
terbaik. Terutama ihwal akademik. Tidak ada alasan menjadi bodoh. Kata-kata yang
Ayah tekankan sama dengan yang dikatakan Socrates 1000 tahun silam,“Jika kamu
tak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kau harus sanggup menanggung
pahitnya kebodohan”. Masa-masa SD kulalui dengan lancar-lancar saja. Peringkatku selalu
kisaran satu-dua-tiga tak pernah empat sekalipun. Karena hanya dalam kisaran
tiga angka itu saja Ayah mau menandatangani raporku. Suatu ketika aku mendapat
peringkat tiga, tapi ada penurunan poin. Ayah sangat teliti. Beliau menolak
memberi tanda-tangan.“Biar Ibu saja yang tanda-tangan”. Aargh, menjengkelkan
sekali. Tapi Ibuku yang dengan bijak berkata lembut “Sini, Ibu saja. Masa Ayah terus. Ndak apa-apa, besok diperbaiki lagi”. Aya kecil yang ambisius tidak bisa menerima kejadian ini, saat itulah aku berjanji takkan melepas peringkat satuku lagi. Diam-diam aq sangat bersyukur memiliki ayah sebaik beliau.
Komentar
Posting Komentar