When i'm ill

Jika dalam hidup ini memang penuh dengan pembelajaran, dan pembelajaran itu dapat diambill dari hal-hal di sekitar kita, maka lagi-lagi saya harus belajar dari diri saya sendiri...mata kanan saya merah secara mengibakan dan sedikit bengkak karena sering ngeluarin air mata. Dan pas banget moment-nya, saat masa kampanye-,-. Yap, saat ini saya memang sedang mencalonkan diri menjadi anggota DPM FKUB. Seorang teman bertanya "kamu kenapa nangis? nyalon DPMsampai bikin kamu stress gini?". Saya jawab"Woi, mana ada orang nangis cuma sebelah gini? ini sakit mata broo". kampanye saya jadi kurang optimal. hari ke-empat kampanye, mata saya semakin nyata inflamasinya, langsung kabur ke rumah sakit diantar oleh kak Tata(she's so kind). Asumsi saya ini konjungtivitis, dan dokter membenarkan.

Oke. Saya putuskan kembali ke rumah sakit, karena setelah 5 hari mata saya yang merah meradang dengan indahnya ini nampak tidak menunjukkan sebuah perbaikan. aemberian kortikosteroid dan antibakteri sebelumnya tidak direspon dengan baik. Dengan diantar teman saya Ayu, saya mengantre seperti biasa sampai nama saya dipanggil. Di rumah sakit ini, dosen gigi dan mahasiswa pdg 2008 berkeliaran (maaf diksi saya kurang bagus, daripada ditulis berserakan) karena memang lantai dua adalah area kedokteran gigi. Ketemulah saya dengan kak Nana yang memakai jas koas biru (khas mahasiswa gigi) menawari saya untuk skaling. Satu tahun kedepan saya juga bakal seperti mbak Nana, cari pasien untuk praktek dental. saya yang sedari tadi menunggu di poli umum I dan II, ternyata harus ke poli umum IV. saya tanya ke satpam, ternyata ruangan ini ada dibalik poli umum I. Saya langsung masuk, ternyata tidak ada dokter,ketika mau saya tutup lagi pintunya, seorang dokter laki-laki kelihatan begitu ceria menyapa, "soraya ya? tunggu sebentar ya" kata beliau melenggang ke ruang poli 1 sambil bersenandung when i'm falling-nya Celine Dion. Oalah, ternyata ada tembusannya toh. Di poli I ada seorang pasien laki-laki yang saya tahu dari jaketnya anak informatika UB. Tadi juga ada beberapa mahasiswa yang saya kenal. Mungkin karena minggu-minggu ini musim ujian jadi banyak yang sakit...

Sembari menunggu, saya nyari skenario yang tadi dibahas waktu diskusi, mau dibaca-baca tapi dalam tas saya suram sekali pemandangannya penuh tissue, ada obat mata, ada apa aja suram banget lah pokoknya hehe. "Iya jadi apa masalahnya Dek?" tanya Dokter. Sebagai pasien yang straight to the point (baca :keburu) saya langsung nyerocos njelasin kronologis, Dokter minta izin untuk assesment mata. "bengkak gini ya Dek". umm, beginilah mengapa seorang pasien disebut orang yang brittle secara psikologis, respon apapun yang terlihat pada seorang dokter, baik verbal maupun non-verbal, sangat mempengaruhi pemikiran pasien.  pasien itu sensitive banget lah. Kata-kata terakhir dokter tadi, membuat saya was-was, apalagi membayangkan setumpuk tugas, harus belajar ujian farmako, dan rangkaian PEMILWA yang belum usai. Menerawang jauh pikiran saya, tiba-tiba dokter ini menjentikkan jari dan bersorak "Sip!". Terperangah, apanya yang sip? apa keadaan saya baik? apakah ini kasus yang spektakuler? berharap sekali ada solusi brilian untuk mata saya. "Ikuti saya!" perintah pak Dokter, saya nurut aja. Ternyata eh ternyata saya malah di rujuk ke spesialis mata. Tambah was-was, harus ngantre lagi pula.

Nama saya dipanggil lagi. Seorang dokter perempuan. Saat pintu dibuka, saya agak terperanjat dengan dokternya. Seorang perempuan cantik, tinggi, berambut pirang seperti super model. Fashionable dan cara bicaranya efisien. Keren sekali. Saya pikir karena rumah sakit ini baru, fasilitas poli matanya paling biasa saja. Ternyata Salah! Di dalam ruangan ini seperti markas NASA (cuma pernah lihat di film sih) ada dua kamera okuler atau entah namanya apa, dan alat imunofluoresen, serta sebuah layar di tengah dinding, semuanya serba putih, dan saya menikmati euforia duduk dalam sebuah ruangan yang penuh dengan kecanggihan teknologi. entahlah, ini memang canggih atau saya-nya yang gaptek.

Bismillah. Saya mulai meletakkan dagu di plate, sehingga dokter bisa melihat mata saya dengan pas. "Lho,  kamu pake kontak lens ya Dek?". Lagi-lagi saya jadi tambah was-was dengan respon macam ini. "Saya belum pernah pake Dok, memangnya ada apa ya Dok?". "Oke, saya fotoin layarnya biar kamu bisa lihat bedanya". Setelah mengambil gambar, tampak jelas bagian hitam dari mata saya yang bagian kanan ada semacam bintik-bintik. "Ini sih udah keratitis". Setahu saya keratitis atau inflamasi kornea memang banyak terjadi pada pengguna kontak lens. Tapi saya nggak pake, masak secara tidak sadar saya nge-garuk kornea mata sendiri? ga mungkinlah. "Bisa juga karena infeksi bakteri atau virus" kata Dokter. INFEKSI??? sebagai anak baik-baik yang rajin bersih-bersih, yang rajin olahraga dan minum susu, yang nurut apa kata orang tua dan hapal dasadharma pramuka, saya kena INFEKSI??? (maaf jika saya sudah tidak bijak menggunakan majas hiperbola). saya merasa sudah sangat menjaga kebersihan, saya tahu persis tangan itu sumber infeksi, bahkan kalo mau ngupil aja harus cari tissue dulu. Dan Ahh, padahal sayalah yang biasanya mengingatkan teman-teman untuk cuci tangan atau pakai hand sanitizer sebelum makan, selalu jaga kebersihan, selalu ingat kontrol infeksi, eh malah saya yang kena infeksi. emang sih hubungannya bisa juga dengan kondisi host, mungkin saya lagi immunocompromised

Terakhir mata saya diguyur cairan steril sebelum diperiksa lagi, i feel really better. "Saya buatkan resep, untuk antibiotik saya beri yang agak high ya, LFX agak mahal gapapa?". LFX maksudnya levofloxacin. "Iya dok gapapa". Saya mau treatment yang terbaik. "Jangan lupa sering cuci tangan, tissue sekali pakai, minum vitamin C". Dokter ini walaupun bicaranya efisien, tapi tetep care banget. Menyenangkan memang ditangani seorang ahli. "Jangan lupa kontrol hari jumat, obat yang kemarin jangan dipake lagi ya"

Saya pulang jalan kaki sambil nyari apotek. Hari ini OMG saya ngerasa uang terkuras mendadak. lumayan juga harga obat-obatnya. Saya mau sembuh. Mata saya harus kembali keren(apa sih). Harus makin rajin cuci tangan, minum vitamin, istirahat, and keep praying. Penyembuhan ini butuh proses. Yaudahlah, pasrah aja sama yang ngasih penyakit. "Dan apabila aku sakit, maka Dia-lah yang menyembuhkan"(Sy-Syuara':80). Tuhan yang ngasih sakit, Tuhan juga yang memberi kesembuhan.

Sesampai di kontrakan dan sholat dzuhur, saya masih tetep penasaran. Saya browsing lagi referensi tentang keratitis, dan gejalanya memang saya alami tidak sejak awal, berarti progresif dari konjungtivitis menjadi keratitis. The symptoms of keratitis usually include pain, tearing, and blurring of vision, the eye may appear red, watery, and sensitivity to light may also be present. Bener banget gejalanya. Dokter mata yang keren tadi, cepat sekali menegakkan diagnose. i wanna be a smart doctor too. Dan Ini berarti saya juga jadi ga nyaman liat laptop padahal semua bahan kuliah ada di laptop. Alhamdulillah mata kiri sehat-sehat saja. Take care, stay healthy.

Komentar