why should i write?

 

saya suka menulis karena memori itu terbatas. Dengan menulis saya bisa mengingat warna, aroma, konsistensi, bentuk, getaran, suara, temperatur, frekuensi, intensitas, bahkan seberapa kuat passion saya saat itu. Dengan menulis, bukan hanya kita telah membuat karya yang penuh dengan perasan keringat dan air mata #tsah, tapi juga mengukir sejarah, mengikat ilmu, syukur-syukur dapat mengalirkan inspirasi dan pahala. Sebagai mahasiswa yang punya beberapa aktifitas keorganisasian ditambah jadwal perkuliahan di fakultas kedokteran yang jauh dari kata santai, beberapa waktu lalu saya mengalami sindroma mendadak kehilangan passion menulis dan parahnya saya juga agak enggan membaca. Apa yang bisa saya tulis tanpa membaca? menulis tak ubahnya suatu proses, seperti supir, makin lama makin mahir. dulu menulis terbata-bata, satu kalimat-delete, kalimat kedua-delete lagi, sampai pada akhirnya semakin lancar dalam menulis. kadang ada saja ide yang menggebrak-gebrak kepala saya minta untuk dikeluarkan dalam bentuk tulisan. ketika waktu berlalu, ide itu pun menguap. Karena itulah, kadang saya sebal stadium lanjut kalo melihat orang di sekitar saya nganggur santai malas-malasan sampai ga tau mau ngapain. Seandainya bisa membeli waktu, pasti saya lakukan. Tapi saya harus segera recover, membaca lagi...menulis lagi....kalau tidak sempat, bisa makan sambil membaca, membaca sambil menulis, membaca sambil membaca, syuro sambil menulis, atau naik sepeda sambil menulis(yang ini gaswat). 

                                                                         

Komentar